Selasa, 15 April 2014

posisi tidur ibu hamil pengaruhi resiko bayi lahir mati

Posisi Tidur Ibu Hamil Pengaruhi Risiko Bayi Lahir Mati



Posisi tidur ibu hamil kadang bisa mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Studi di Selandia Baru menuturkan ibu hamil yang tidak pernah tidur dengan posisi miring ke kiri lebih berisiko mengalami kelahiran mati.

Para peneliti mengungkapkan perempuan yang tidak tidur dalam posisi miring ke kiri pada saat trimester akhir memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami kelahiran mati (stillbirth). Meski begitu ibu hamil tidak perlu khawatir terlalu berlebihan karena peningkatan risikonya masih sangat kecil.

Tomasina Stacey dari departemen obstetri dan ginekologi University of Auckland menyatakan bahwa aliran darah ke bayi menjadi terbatas ketika ibu tidur dalam posisi terlentang atau miring ke kanan dalam waktu yang lama. Hal ini kemungkinan yang menjelaskan hubungan tersebut.

Dalam studi ini Stacey dan tim mewawancarai 155 perempuan di Auckland yang melahirkan bayi mati antara Juli 2006-Juni 2009 saat usia kehamilan minimal 28 minggu, yang dibandingkan dengan kelompok kontrol dari 310 ibu yang sedang hamil.

"Ini adalah hipotesis baru dan kita harus mulai melihat masalah ini lebih dekat lagi. Hasil ini merupakan titik awal untuk penelitian masa depan," ujar Stacey, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (15/6/2011).

Hal ini dikarenakan temuan tersebut didasarkan pada sejumlah kecil perempuan, sehingga harus dilakukan kembali penelitian dengan skala yang lebih besar lagi. Jika dalam skala besar didapatkan hasil yang sama maka bisa dicari cara sederhana, murah dan alami untuk mengurangi jumlah bayi lahir mati. Studi ini dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ).

"Ini adalah sesuatu yang sangat mudah dimodifikasi. Anda tidak perlu mengonsumsi obat tertentu dan cara tersebut tidak ada efek sampingnya," ujar Stacey.

Selain itu ada banyak faktor lainnya yang terkait dengan kelahiran bayi mati termasuk obesitas, peningkatan usia ibu saat hamil, etnis atau ras tertentu, congenital anomali, kondisi plasenta dan kondisi lainnya yang belum diketahui.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menemukan adanya lebih dari 2,6 juta kelahiran mati hingga akhir tahun lalu yang kebanyakan berasal dari kalangan perempuan di negara-negara miskin. Hal ini berarti setiap harinya ada lebih dari 7.200 bayi yang lahir mati.

By Istiqomah Fitrianasari


Cara Menyimpan ASI yang Benar



Ibu yang bekerja, atau yang memiliki ASI berlebih biasanya akan menyimpan ASI untuk persediaan.
Tapi sebaiknya kita harus tahu  bagaimanakarakteristik dan aroma pd asi juga ASI bisa disimpan berapa lama? Bagaimana penyimpanan ASI yang benar? Bagaimana menyiapkan ASI setelah penyimpanan? 

Karakteristik dan Aroma Pada ASI

Banyak orang membayangkan bahwa ASI tampak seperti susu sapi yg homogen, yang tidak terpisah lapisannya sampai kapanpun (homogenized) . ASI akan terpisah menjadi 2 lapisan jika didiamkan selama beberapa lama. Lapisan atas yg biasanya lebih kental warnanya kaya akan lemak. Ini bukan berarti ASI telah basi. Kocoklah perlahan wadah berisi ASI peras tsb, hingga menjadi larutan homogen kembali.

Tampilan dari ASI berbeda2 sesuai dengan waktu dan kandungannya. Termasuk kandungan lemak dan warna dari ASI. Jumlah lemak dalam ASI akan fluktuatif dari hari ke hari. 
Bahkan saat ASI yg keluar di menit2 awal akan berbeda warna dan tampilannya. ASI yang dikeluarkan saat pertama kali proses pemerahan / pemompaan akan terlihat "lebih encer" dari ASI yang dikeluarkan di menit2 berikutnya. Karena itu disebut FOREMILK (kaya akan protein). 
Sedangkan ASI yg keluar beberapa menit kemudian akan terlihat lebih kental. Atau disebut juga dg HINDMILK (kaya akan lemak). Warna dari ASI juga bervariasi tergantung dari apa yg ibu konsumsi. Pewarna makanan dalam minuman soda, minuman buah2an dan hidangan penutup yang mengandung  gelatin diduga akanmembuat warna ASI menjadi pink atau oranye kemerahmudaan. 
ASI yang berwarna hijau dikorelasikan dengan ibu yang mengkonsumsi minuman segar yang berwarna hijau, seperti rumput laut, atau sayuran berwarna hijau.

ASI yang berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Hal ini dapat terjadi jika ibu mengalami dengan atau tanpa puting lecet. Jika puting ibu lecet dan berdarah, ibu dapat menghubungi klinik laktasi untuk mendapatkan saran penyembuhan.
Darah dalam ASI tidak berbahaya bagi bayi, dan ibu dapat terus menyusui. Jika darah dalam ASI tidak juga membaik dalam waktu 2 minggu, segera konsultasikan dengan dokter.

Bagaimana dg aroma atau rasanya ?! Umumnya ASI segar berbau / beraroma manis. 
Sesekali ASI beku yang dicairkan akan beraroma spt sabun dan terkadang bayi tidak mau meminumnya. Hal ini disebabkan perubahan struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yg mendadak. Sehingga proses kerja enzim lipase terganggu. Krn itu tidak disarankan memanaskan ASI peras/pompa pada suhu tinggi, ataupun setelah dipanaskan langsung dibekukan kembali.
Jika ASI peras berbau asam, maka bisa jadi ASI telah basi dan buanglah. Intinya selama ASI peras/pompa disimpan sesuai dgn tata cara penyimpanan yg benar maka ASI tidak akan basi.

Wadah penyimpanan ASI

Pertanyaan yg sering diajukan para ibu, terutama ibu bekerja adalah apakah butuh wadah khusus ? Tidak ada aturan khusus harus menggunakan botol atau wadah khusus. Intinya gunakan wadah yg bisa tertutup rapat. Ibu bisa menggunakan botol kaca, wadah yg punya tutup dan berwarna bening, dan wadah yg punya tutup dan berwarna. Dan tentu saja selalu dibersihkan & disterilkan sebelum digunakan.

ASI peras/pompa sebaiknya disimpan dalam jumlah sedikit (cukup utk sekali minum + 60 ml). Agar tidak ada ASI yg tersisa dan terbuang. ASI juga dapat disimpan dalam kantung plastik bening. Namun hal ini tidak terlalu disarankan, karena mudah bocor dan ASI akan terbuang.

Tata cara Menyimpan ASI

Organisasi laktasi internasional, Lalecheleague, memiliki kisaran waktu berapa lama ASI dapat disimpan dalam suhu tertentu :
* Suhu ruang (19 - 22c ) antara 4 sampai 10 jam
* Refrigerator (kulkas bawah) dg suhu 0 - 4c antara 2 sampai 3 hari. Freezer pd kulkas berpintu
   satu (suhu variatif < 4c ) : bisa sampai 2 minggu
* Freezer pd kulkas berpintu dua (suhu variatif < 4c ) : 3 sampai 4 bulan
* Freezer khusus ( -19c ) : 6 bulan atau lebih
Interval waktu tsb amat sangat bervariatif tergantung kondisi dari lokasi penyimpanan.
Meski dapat disimpan lebih lama, disarankan agar tidak terlalu lama menyimpan ASI peras. Karena ASI diproduksi sesuai dg kebutuhan pertumbuhan & perkembangan anak. Krnnya jika ibu memilki ASI peras berlebih tidak ada salahnya didonorkan ke mereka yg membutuhkannya.

Jika tidak ada lemari pendingin

Ada atau tidaknya lemari pendingin/kulkas bukan hambatan bagi ibu utk menyimpan ASI. Artinya jika ditempat ibu bekerja ataupun saat ibu bepergian jauh utk waktu lama dan tidak ditemukannya kulkas, maka ibu dapat menyimpan botol (wadah) berisi ASI peras/pompa dalam termos es yg telah diisi es batu tentunya. Jika es batu mencair, ibu bisa menggantinya lagi. Atau ada juga cooler khusus utk mendinginkan lebih lama dg blue ice.

Tips memberikan ASI peras/pompa 

Berikut tips singkat utk memberikan ASI yg telah disimpan bagi si kecil :

* Untuk ASI yg dibekukan (dari freezer), amat disarankan agar ASI dicairkan terlebih dahulu di kulkas bawah. Dan bukan di suhu ruang. Setelah mencair, aliri wadah berisi ASI pada kran
air hangat atau rendamlah dengan air hangat.
* JANGAN menghangatkan ASI dalam suhu tinggi. Dan JANGAN merebus ASI.
  Karena jelas zat nutrisi dalam ASI akan rusak. Terutama zat anti infeksi / zat imun !
* JANGAN menggunakan microwave utk menghangatkan ASI.
* Kocoklah secara perlahan sebelum diberikan ke bayi.
* Berikan dg sendok, pipet, dsb. Untuk bayi < 4 bl disarankan utk tidak menggunakan dot, karena adanya resiko bingung putting . ASI yg tersisa jika ingin disimpan kembali di refrigerator sebaiknya digunakan < 24 jam. Meski hal ini tidak direkomendasikan. Karena itu simpanlah ASI dalam jumlah yg cukup (sekali minum) agar cairan emas tsb tdk terbuang.

Dg mengetahui cara menyimpan ASI dan karakteristiknya, semoga semakin banyak ibu2 yang bekerja maupun yang akan bepergian tidak ragu lagi / segan dalam memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya. 


Bidan Irma Toriqoh, Am.Keb